Latar Belakang
Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih
aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa datang. Umumnya investasi dikategorikan dua
jenis yaitu, real assets dan financial assets. Asset rill bersifat berwujud
seperti gedung, kendaraan serata tanah. Sedangkan aset keuangan merupakan
dokumen klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva rill pihak yang
menerbitkan sekurtitas tersebut. Pasar modal merupakan salah satu alternatif
investasi bagi para investor serta mempunyai peranan penting dalam suatu
negara. Peranan pasar modal antara lain adalah 1. Sebagai fasilitas melakukan
interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga surat berharga
yang diperjualbelikan, 2. Memberikan kesempatan kepada pemodal untuk menentukan
hasil yang diharapkan, 3. Memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya, 4. Menciptakan kesempatan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, 5. Mengurangi biaya
informasi dan transaksi surat berharga. Melalui pasar modal, investor dapat
melakukan investasi di beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek baru
yang ditawarkan atau diperdagangkan di pasar modal. Investasi pasar modal
selain memberikan keuntungan juga mengandung resiko. Besar kecilnya resioko di
pasar modal dipengaruhi oleh keadaan negara, khususnya di bidang ekonomi,
politik, dan sosial. Keadaan di dalam perusahaan dapat juga mempengaruhi naik
atau turunya suatu harga saham.
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara
larena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi keuangan dan
fungsi ekonomi. Dalam fungsi ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas
memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana ke pihak yang memerluka dana. Dengan
menginvestasikan dana tersebut, pihak yang kelebihan dana mengharapkan akan
memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan dari sisi pihak
yang memerlukan dana, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka
melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi
perusahaan.ada beberapa daya tarik dari pasar modal, yaitu (1) diharapkan pasar
modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan.
(2) pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai pilihan investasi yang
sesuai denga prefensi resiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal maka para
lenders mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka ke dalam sistem
perbankan, selain alternatif investasi di real assets. Dengan adanya pasar
modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi,
membentuk portfolio sesuai dengan resiko yang mereka siap tanggung dan
keuantungan yang mereka harapkan.
Dalam keadaan pasar modal yang efisien, hubungan yang
positif antara resiko dan keuntungan yang diharapkan akan terjadi. Sehubungan dengan
itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien. Daya tarik
pasar modal adalah karena pasar modal menjadi lembaga intermediasi untuk
mengumpulkan dana dari masyarakat yang mempunyai surplus dana. Kelebihan lain
dibanding perbankan adalah pasar modal bisa mengumpulkan dana bukan hanya
dengan cara hutang akan tetapi juga dengan cara ikut serta dalam permodalan, sehingga
rasio hutang terhadap modal bisa dibuat seefisien mungkin. Keberhasilan pembentukan
pasar modal yang dipenagruhi oleh penawaran dan permintaan, diantaranya yaitu :
(1 )permintaan sekuritas, (2) penawaran sekuritas, (3) kondisi politik dan
ekonomi, (4) masalah hukum dan peraturan, (5) keberadaan lembaga yang mengatur
dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan
dilakukan transaksi secara efisien. Untuk mengukur kinerja saham yang
diperdagangkan di suatu bursa digunakan suatu indeks, yaitu Indeks harga Saham
Gabungan (IHSG), yang merupakan nilai yang digunakan untuk mengukut kinerja
saham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
seluruh saham memnggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai
pergerakan hargsa saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya
pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga
penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode
tertentu. Indeks harga saham gabungan berubah setiap hari karena (1) perubahan
harga pasar yang terjadi setiap hari (2)
adanya saham tambahan pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru,
yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan
corporate action berupa stock split , right, waran, deviden saham, saham bonus,
dan saham konversi. Perubahan dan perkembangan yang terjadi di berbagai
variabel ekonomi suatu negara akan memberikan pengaruh pada pasar modal. Apabila
suatu indikator ekonomi makro jelek maka akan berdampak buruk bagi perkembangan
pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator ekonomi baik maka akan memberi
pengaruh yang baik pula terhadap kondisi pasar modal .lingkungan ekonomi makro
adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan pertumbujan
ekonomi suatu negara dapat dilihat dari kondisi vauabel makronya. Variabel makronya
tersebut antara lain inflasi, nilai tukar rupiah, jumlah uang yang beredar dan
tingkat suku bunga SBI. Ahli-ahli ekonomi klasi mengemukakan apabila
perekonomian telah mencapai kesempatam kerja penuh. Pertambahan uang akan
menimbulkan inflasi yang lajunya proposional dengan pertambahan uang yang
berlaku. Golongan monetaris lebih yakin lain akan peranan uang dalam mendorong
perkembangan perekonomian, disamping menyadari kemungkinan berlakunya investasi
apbila pertambahannya tidak diatur dan disesuaikan dengan potensi pertumbuhan
ekonomi.
Inflasi meupakan kecenderungan terjadinya peningkatan
harga produk-produk secara keseluruhan.. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi makro yang terlalu panas. Dalam perekonomian modern sekarang penyebab inflasi sangat
kompleks. Hal ini terjadi bukan saja
karena penawaran uang yang berlebihan
tetapi juga oleh banyak faktor lain seperti kenaikan gaji, ketidakstabilan
politik, pengaruh inflasi di luar negeri dan kemerosotan nilai mata uang. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan penurunan daya beli uang. Bila laju inflasi terlalu cepat atau tinggi akan
merusak struktur ekonomi dan
melemahkan kinerja perekomian suatu negara. Untuk mengatasinya,
salah satu langkah yang diambil oleh Bank Indonesia
adalah melakukan kebijakan uang ketat. Kebijakan ini dilakukan dengan jalan
mengurangi jumlah pasokan
uang yang berdampak pada meningkatnya suku bunga. Tingkat suku bunga
yang terlalu tinggi akan mempengaruhi
nilai sekarang aliran kas perusahaan, sehingga kesempatankesempatan investasi
yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan
meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu tingkat
bunga yang tinggi juga akan menyebabkan
return yang disyaratkan investor
dari suatu investasi akan meningkat. Namun Bank Indonesia hanya memilki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi
yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi
penawaran (bencana alam, kemarau, distribusi tidak lancar, dll) sepenuhnya di
luar kendali Bank Indonesia. Perubahan
satu variabel ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis
saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya
terkena dampak negatif. Pemerintah dapat mempengaruhi kegiatan
ekonomi melalui kebijakan fiskal (pajak)
dan kebijakan moneter (peredaran uang). Kebijakan pajak dapat mempengaruhi besar
kecilnya jumlah uang yang beredar dengan menurunkan atau menaikkan tarif pajak.
Sementara itu, kebijakan moneter dilaksanakan oleh bank Sentral melalui tiga
cara, yaitu : (1) perubahan reserve requirements, (2) perubahan discount rate,
(3) open market operation. Menguatnya krs rupiah terhadap mata uang asing akan
menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan menurunkan tingkat suku
bunga yang berlaku. Perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi
suatu negara akan memberikan
pengaruh pada pasar modal.
Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator
ekonomi baik, maka akan memberikan engaruh yang baik pula terhadap kondisi
pasar modal. Kemapuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi
makro di masa datang, akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan investasi
yang menguntungkan.
Prospek perusahaan sangat tergantung dari prospek
keuntungan yang dimilki perusahaan. Karena prospek perusahaan sangat tergantung
dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, maka analisis penilaian saham yang dilakukan
investor juga harus mempehitungkan beberapa variabel makro yang mempengaruhi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pasar modal mencerminkan apa yang
terjadi pada perekonomian makro karena nilai
investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang
disyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua faktor tersebut sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Fluktuasi yang terjadi di
pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi padavariabel makro ekonomi.
Siegel (1991) dalam bukunya Tandellin menyimpulkan adanyahubungan yang kuat
antara harga saham dan kinerja ekonomi makro danmenemukan bahwa perubahan
perubahan harga saham selalu terjadisebelum terjadinya perubahan ekonomi. Ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, harga saham yang
terbentuk merupakan cerminanekspektasi
investor terhadap earning, deviden,
maupun tinkat bunga yangakan terjadi. Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi
terhadap perubahanperubahan ekonomi
makro. Ketika investor menentukan harga
saham yang tepat sebagai refleksi perubahan variabel makro yang akan terjadi,
maka masuk akal jika dikatakan harga saham terjadi sebelum perubahan
ekonomimakro benar-benar terjadi.Pengamatan terhadap perubahan dalam indikatormakro dipercaya bisa
membantu investor dalam meramalkan apa yangakan terjadi pada perubahan
pasar modal. fundamental harga suatu saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan
dankemungkinan resiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaantercermin
dari laba operasional dan laba bersih per saham serta beberapa rasio keuangan
yang menggambarkan kekauatan manajemen dalammengelola perusahaan. Resiko
perusahaan tercermin dari daya tahanperusahaan dalam menghadapi siklus ekonomi
serta faktor makro danmakro non ekonomi. Dengan kata lain, kinerja perusahaan
dan resiko yangdihadapi dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif, dimana peneliti mengkaji
masalah ini dengan uji statistik. Penelitian ini banyak menggunakan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan
dari hasil analisis data. Adapun pendekatan yang digunakan adalah studi
deskriptif yaitu untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu atau lebih
variabel tanpa membuat perbandingan. Jenis data dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang berupa jumlah jumlah uang yang beredar, inflasi, tingkat
suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah serta
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode pengumpulan data dengan
dokumentasi . Metode analisa yang
digunakan untuk menganalisa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adaah
dengan menggunakan analisa kuantitatif dengan menggunakan angka atau model
matematis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel makro terhadap Indeks
harga Saham Gabungan (IHSG).Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan analisis regresi
berganda.
Pembahasan
Pengujian Asumsi
Hasil dari pengujian asumsi klasik didapatkan hasil bahwa tidak terjadi autokorelasi. Dari
pengujian heterokedastisitas diketahui bahwa variabel jumlah uang
yang beredar terjadi heteroskedastisitas, sedangkan varibel tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan nilai
tukar rupiah tidak terjadi heteroskedastisitas dengan ditunjukkan nilai signifikan t lebih kecil dari α =0.05.
Sehingga pada variabel jumlah uang yang beredar dilakukan pengobatan dengan
model weight estimation. Dari uji multikolinieritas didapatkan hasil bahwa
tidak terjadi multikolinieritas. Sedangkan dalam uji normalitas diketahui bahwa
data berdistribusi normal.
Hasil Analisis
Hasil uji F pada tabel 1, menunjukkan bahwa nilai F
hitung sebesar 434,723, sedangkan nilai F tabel 1,960 (434,723 >
1,960). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel makro ( jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan
nilai tukar rupiah) berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sedangkan nilai R
square pada tabel 2, sebesar
95,7%, memberikan makna bahwa
95,7% Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh variabel makro
ekonomi yaitu inflasi, jumlah uang yang beredar , tingkat suku
bunga SBI, dan nilai tukar.
Dari hasil uji t pada tabel 3 menunjukkan bahwa:
1. Variabel jumlah
uang yang beredar mempunyai t hitung sebesar 0,001 yang lebih kecil dari α =0,05. Hasil ini memperlihatkan
bahwa jumlah uang yang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.
2. Variabel
suku bunga SBI mempunyai t hitung sebesar 0,068 yang lebih besar dari α =0,05, Hasil ini memperlihatkan bahwa
suku bunga SBI tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap IHSG.
3. Varibel
inflasi mempunyai t
hitung sebesar 0,387 yang lebih
besar dari α =0,05, Hasil ini memperlihatkan
bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.
4.
Varibel nilai tukar rupiah mempunyai t
hitung sebesar 0,999 yang lebih besar dari α =0,05, Hasil ini memperlihatkan
bahwa nilai tukar rupiah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi (Jumlah uang yang
beredar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah) terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh secara bersama-sama variabel makro ekonomi (jumlah
uang yang beredar, tingkat suku bungan SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah)
yang terdapat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Variabel tingkat suku bunga
SBI berpengaru negatif terhadap Indeks Harga saham Gabungan (IHSG). Hal ini
berarti jika tingkat suku bunga SBI naik maka IHSG akan menjadi turun. Pada saat
tingkat suku bunga SBI baik maka IHSG akan menjadi turun. Pada saat tingkat
suku bunga SBI naik maka IHSG akan menjadi turun. pada saat tingkat suku bunga
SBI naik maka akan menyebabkan investor cenderung menginkvestasikan dananya di
bank, daripada menginvestasikan dananya di pasar modal. Pada saat tingkat
inflasi mengalami perubahan maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap
IHSG. Kenaikan inflasi disebabkan oleh tingginya permintaan dalam pasar barang
akan meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat, hal ini terjadi
karena suku bunga rendah menyebabkan investor lebih menyukai untuk
menginvestasikan dananya di dalam pasar modal, yaitu dengan membeli saham,
akibatnya IHSG menjadi naik. Demikian juga nilai tukar rupiah. Pada saat rupiah
menguat dollar dilepas dan pada saat rupiah melemah dollar dibeli. Investor akan
melakukan aksi beli yang tinggi ketika indeks cukup bagus melemah dan kemudian
menjualnya kembali pada saat indeks naik, karena mereka memiliki atau didukung
dana yang besar dan aksi jual saham akan memicu penurunan IHSG. Prospek perusahaan
sangat bergantung dari peluang keuntungan yang dimiliki perusahaan. Karena prospek
perusahaan sangat bergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, maka
analisis penilaian saham yang dilakukan olhe investor harus mempertimbangkan
variabel makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pasar
modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro. Karena nilai
investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat retur yang
disyaratkan atas investadi tersebut. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal
terkait dengan perubahan yang terjadi pada variabel makro. Harga saham
merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor earning, aliran
kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor
tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.
Variabel makro Ekonomi (jumlah uang yang beredar )
Berpengaruh Dominan terhadap Indeks harga Saham Gabungan (IHSG)
Temuan penelitian menunjukkan bahwa indikator makro
ekonomi, yaitu jumlah uang yang beredar
berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan terhadap
indeks harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari indikator
variabel makro, jumlah uang beredar berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Variabel makro ekonomi terbukti memberikan
pengaruh secara simultan terhadap indeks harga saham gabungan di BEI, untuk itu
investor perlu cermat dan waspada terhadap situasi pasar yang sedang
berlangsung dengan memperhatikan perubahan indikator makro dan kebijakan
moneter yang diambil pemerintah dalam mengambil keputusan investasi mereka
sehingga mereka tidak mengalami kerugian.
Daftar Pustaka
Amperaningrum,
Izzati. 2011. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat
Inflasi Terhadap Perubahan Harga Saham Sub Sektor Perbankan Di Bursa Efek
Indonesia. Proceeding PESAT. Universitas Gunadarma.
Astuty, Pudji.
2008. Analisis Tolak Ukur Stabilitas Terhadap Penghimpunan Dana Masyarakat
Serta dampak Terhadap Kemampulabaan Bank.
Ditria, Yoda
et all. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor
Terhadp Tingkat Kredit Pebankan.
Haryogo, Ardy.
2013. Pengaruh nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap Composite Index di
Bursa Efek Indonesia. Universitas Kristen Petra.
Irwanto, Agus
dan Mukhlis. Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan PDRB Terhadap Deposito Di Provinsi
Aceh Berdasarkan Data Tahun 2005-2010. Universitas Almuslim Peusangan Bireuen.
Izzah, Nurul.
2012. Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal Regional
Terhadap Stabilitas Harga dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah (periode
2001-2010). Universitas Negeri Semarang.
Purnomo, lisa
wahyuningrum. 2003. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan
Laju Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas
Diponegoro.
Tandelilin,
Enduardus, 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portfolio, penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Yuliana,
Indah. 2010. Analisis Pengaruh variabel Makro terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar