28/04/15

Peranan IFRS Terhadap Pendidikan Akuntansi di Indonesia




Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan. Informasi tersebut nantinya akan digunakan oleh berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, baik pihak internal (manajemen perusahaan) ataupun pihak eksternal (pemerintah, investor, pemegang saham, kreditur, dan lainnya). Kebanyakan sistem akuntansi memang dirancang untuk dapat memberikan informasi untuk kedua belah pihak (baik internal maupun eksternal). Akuntansi di satu sisi bisa dijadikan sebagai bahasa yang bermanfaat bagi pemakai informasi, namun di sisi yang lain bisa menjadi merugikan ketika informasi yang disajikan ternyata merugikan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai “bahasa bisnis” karena merupakan suatu alat untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Akuntansi merupakan produk dari lingkungan. Lingkungan akuntansi terdiri dari kondisi sosial ekonomi, politik-hukum, pembatasan-pembatasan, dan pengaruh yang bervariasi dari waktu ke waktu. Karenanya, teori akuntansi telah berevolusi untuk memenuhi kebutuhan dan pengaruh yang terus berubah. Dan di dalam akuntansi dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami laporan keuangan yang ada.
Setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan akuntansi tiap negara akan menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama bagi para analisis, auditor, investor dan kreditor yang lingkup kerjanya melewati batas negara. Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas negara, sumber daya produksi (misal uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke negara lain misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain. Hal ini disebabkan standar akuntansi dipengaruhi oleh 3 macam, yaitu lingkungan ekonomi, lingkungan politik, dan teori akuntansi yang ada didalam suatu negar.Agar pemahaman laporan keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu ditetapkannya suatu aturan atau standar yang seragam. Atas dasar hal tersebut muncullah isu konvergensi. Salah satunya, adalah konvergensi pedoman standar akuntansi keuangan (PSAK) ke international financial reporting standards (IFRS). Dengan adanya konvergensi diharapkan dapat menjembatani persepsi yang keliru dalam mengartikan laporan keuangan karena semua negara aturannya seragam dengan pemahaman yang sama. Dengan konvergensi maka tidak ada lagi persepsi yang salah dalam menginterprestasikan laporan keuangan.
Munculnya IFRS tidak bisa lepas dari perkembangan global, terutama yang terjadi pada pasar modal. Perkembangan teknologi informasi TI di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat dengan sendirinya berdampak pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan modal, hingga ketersediaan jaringan informasi ke seluruh dunia. Disamping itu penyatuan IFRS bukan hanya isu akuntansi, namun juga bermanfaat meningkatkan kualitas dan transparasi laporan keuangan di Indonesia. IFRS menjadi fenomena global saat ini karena semakin banyak negara-negara di dunia yang mengadopsi standar akuntansi internasional ini. Indonesia sendiri, sebagai salah satu negara anggota G-20 juga tunduk tunduk terhadap kesepakatan G-20 untuk melakukan konvergensi IFRS. Untuk itulah dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan indonesia (DSAK-IAI), telah berkomitmen untuk melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik. Adopsi IFRS artinya mengambil bahasa pelaporan keuangan internasional untuk diterapkan kedalam bahasa pelaporan keuangan suatu negara (Gamayuni, 2009). Sedangkan harmonisasi artinya proses untuk meningkatkan komparabilitas laporan keuangan dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Saat ini negara mengharuskan agar perusahaan publik di negaranya menggunakan IFRS sebagai dasar pelaporan akuntansi perusahaan, diantaranya Argentina, Canada, India, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Taiwan dan Uni Eropa. Perusahaan go public dan multinasional di Indonesia diwajibkan untuk menerapkan standar akuntansi yang konvergen dengan IFRS untuk penyusunan laporan keuangan pada atau setelah 1 januari 2012 (Gamayuni, 2009). Indonesia melakukan konvergensi IFRS secara bertahap sejak 2008 hingga 2011 dimana tahap-tahap tersebut terdiri dari tahap adopsi pada tahun 2008 hingga tahun 2010, tahap persiapan akhir yang dilaksanakan selama tahun 2011 dan tahap pengimplementasian PSAK berbasis IFRS serta dilakukan evaluasi secara komprehensif mulai tahun 2012 (Husin, 2008). Pada tahun 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meresmikan (grand launching) program konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS), yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Indonesia GAAP) akan dikonvergensikan secara penuh dengan IFRS pada tanggal 1 Januari 2012. Tentu saja hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi dunia pendidikan terutama perguruan tinggi yang notabene dituntut untuk segera membuat perubahan dan mengambil langkah-langkah tertentu sehingga dapat mensukseskan rencana adopsi secara penuh standar akuntansi internsional tersebut.
Perubahan tata cara pelaporan keuangan yang sebelumnya banyak mangacu pada US GAAP ke IFRS akan memiliki dampak sangat luas. Setidaknya, para praktisi di bidang akuntansi dituntut untuk memiliki “kompentensi baru” seperti yang disyaratkan IFRS. Pengajaran akuntansi di kampus harus segera dimutakhirkan, seiring kebijakan Indonesia yang telah mendeklarasikan penggunaan konvergensi sistem akuntansi internasional atau international financial reporting standards (IFRS). Mata kuliah yang terkena dampak besar dari IFRS ini adalah pengantar akuntansi, akuntansi keuangan menengah, teori akuntansi, akuntansi internasional, akuntansi keuangan lanjutan, seminar akuntansi atau akuntansi topik khusus, metedologi penelitian, serta analisis laporan keuangan. Hingga saat ini, di kalangan praktisi, akademisi, dan pengurus IAI masih terdapat pendapat yang beragam. Ada yang mengaku Indonesia telah siap, termasuk dari segi pendidikan keprofesiannya. Namun, tidak sedikit yang meragukannya. Salah satu contoh pembahasan mata kuliah yang terkena dampak besar dari IFRS adalah pengantar akuntansi. Untuk mata kuliah pengantar akuntansi baik pengantar akuntansi 1 dan pengantar akuntansi 2 akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap pos-pos yang terdapat dalam neraca seperti kas, piutang, persediaan barang dagang, investasi sementara, aktiva tetap dan hutang baik hutang jangka panjang, maupun jangka pendek. Berdasarkan paparan materi dalam pengantar akuntansi 1 dan pengantar akuntansi 2, dapat dilihat bahwa cakupan materi-materi tersebut cukup luas dan kompleks. Sementara ini sangat sedikit literatur yang membahas materi pengantar akuntansi yang berbasiskan IFRS. Disamping ada beberapa pendapat yang memang mengatakan bahwa IFRS belum perlu dikenalkan dalam bahasan akuntansi pengantar. Namun dilihat dari hakekat tujuan pembelajaran pengatar akuntansi maka sebaiknya pengenalan IFRS sudah dilakukan pada mata kuliah pengantar, meskipun hanya sebatas hal-hal yang perlu diketahui.
Penerapan IFRS membawa dampak beragam perubahan, baik perubahan yang sebatas bersifat administratif maupun yang bersifat substantif. Untuk itulah diperlukan peran perguruan tinggi untuk terus memperbaharui materi-materi akuntansi pengantar yang selama ini diberikan. Tidak dipungkiri keluar dari zona nyaman itu adalah sesuatu yang sulit, dalam hal ini kita terbiasa untuk mengajarkan materi akuntansi keuangan yang berdasarkan PSAK yang belum mengadopsi IFRS kepada mahasiswa. Namun urgensi konvergensi IFRS di indonesia yang diharapkan rampung dan telah diterapkan pada tahun 2012 memaksa kita sebagai akademisi untuk mau tidak mau mengajarkan IFRS, meskipun tidak semua lulusan dapat ditampung pada perusahaan-perusahaan yang sudah go-publik (dengan entitas publik). Namun pengetahuan IFRS wajib dimiliki oleh para lulusan. Materi-materi dalam pengantar akuntansi yang menyesuaikan dengan IFRS (dikutip dari Slamet Sugiri, makalah materi bahasan akuntansi berbasis IFRS). Materi tersebut diambil dari buku Financial Accounting IFRS Edition dengan Copyright 2011 oleh John Wiley & Sons, Inc karya Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011). Berbeda dari buku lama mereka yang sudah terbit sampai dengan edisi ke-9 dengan judul Accounting Principles, judul buku yang baru ini menggunakan kata-kata financial accounting, sebab buku ini memang secara spesifik mengantarkan akuntansi keuangan saja. Sedangkan untuk keperluan materi akuntansi keuangan menengah, kieso, weygandt, dan warfied (2011 menerbitkan buku berjudul Intermediate Accounting IFRS Edition, Volume 1 dan Volume 2, dengan copyright 2011 oleh John Wiley & Sons, Inc, berikut ringkasan materi yang perlu kiranya ditambahkan atau dikurangkan pada materi sebelumnya.
ü    Chapter 1, Accounting in Action
Pada pembahasan ini yang perlu ditambahkan adalah adanya pengetahuan mengenai IFRS. Dalam hal ini diperlukan pemahaman mahasiswa mengenai standar akuntasi keuangan di Indonesia yang sedang dalam proses konvergensi IFRS. Pada subjudul measurement principles: tambahkan prinsip fair value. Pada subjudul financial statements: tambahkan pengenalan singkat tentang statmen keuangan lengkap menurut PSAK No.1 penyajian laporan keuangan (revisi 2009).
ü    Chapter 3, Adjusting the Accounts
Perlu ditambahkan pemahaman mahasiswa dalam melakukan penyesuaian untuk proses penilaian ke fair value. Ambilah sebagai contoh, misalnya, penyesuaian jika terdapat kenaikan nilai surat berharga. Hal ini penting agar mahasiswa sejak dini mengetahui implementasi prinsip fair value.
ü    Chapter 6, Inventories
Hal yang baru dalam IFRS (a) tidak mengizinkan metode LIFO: (b) penilaian menggunakan lower of cost or net realizable value.
ü    Chapter 9, Plant Assets, Natural Resources, and Intangible Asset
Terdapat beberapa tambahan penting, antara lain (a) Revising Periodic Depreciation: manajemen wajib secara periodik mereview depresiasi tahunan. Jika estimasi ini secara prospektif, (b) Revaluation of Plant Asset: hal yang baru adalah perusahaan boleh memilih model kos dan model revaluasi untuk mengukur atau menilai aset setelah pengakuan awal, (c) Research and Development Costs, hal yang baru adalah bahwa research costs harus di-expense-kan pada periode pengeluaran, sedangkan development cost dikapitalisasi jika telah memenuhi kriteria tertentu. Salah satu kriterianya adalah technological feasibility, (d) goodwill tidak lagi diamortisasi, melainkan dilakukan pengujian impairment (hasil dari proses penilaian) atas goodwill. Jika terdapat impairment, maka diakui rugi.
ü    Chapter 10 Liabilities
Adapun hal-hal yang perlu ditekankan antara lain (a) menyatakan bahwa sebagian liabilitis adalah liabilitis keuangan, sedangkan sebagian lainnya bukan, (b) IFRS dan U.S. GAAP mengklasifikasi liabilitis menjadi liabilitis jangka pendek dan liabilitis jangka panjang, namun, jika dasar likuiditas menyediakan informasi yang bermanfaat, maka IFRS mengizinkan klasifikasi liabilitis berdasarkan likuiditasnya, (d) IFRS menggunakan istilah contingent liabilities hanya untuk possible obligations yang tidak diakui dalam statemen keuangan tetapi diungkapkan jika kriteria tertentu.
ü    Chapter 12 Investments
Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah penggunaan fair value untuk menilai sekuritas, dengan menggunakan kategori apakah termasuk (a) fair value through profit or loss (b) available-for sale (c) held-to-maturity.

Untuk pembahasan mengenal laporan laba rugi (income statment) dan neraca (balance sheet) saja, dapat dilihat pada Chapter 4 Income Statement and Related Information (buku Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2011 Intermediate Accounting IFRS Edition, Volume 1). Dalam pembahasan materi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1.         Istilah income statement diganti statement of comprehensive income
2.         Kandungan statemen laba-rugi komprehensif adalah recognized income (disebut juga profit or loss ataupun net income) dan other comprehensive income (OCI).
3.         Laba komprehenshif dapat dilaporkan dalam (1) laporan laba komprehensif tunggal, berisi laba rugi dan laba komprehensif lain (2) dalam dua laporan terpisah: (a) laporan laba-rugi, berisi laba rugi dan, (b) laporan laba rugi komprehensif, berisi (i) baris terakhir laporan laba rugi, dan (ii) laba rugi komprehensif lain.
4.         Dalam other comprehensive income (OCI) terdapat pos penyesuaian reklasifikasi. Penyesuaian reklasifikasi adalah pentransferan untung (rugi) belum terealisasi periode sekarang atau periode lalu ke untung (rugi) terealisasi pada periode sekerang, atau pos-pos yang diakui di profit & loss (PL) periode sekarang dan sebelumnya diakui dalam OCI.
5.         Pengungkapan bahwa statmen laba rugi komprehensif merupakan salah satu ukuran kinerja entitas bukan kinerja manajemen.
6.         Konsekuensi dari nomor 3 di atas, klasifikasi extraordinary items (keuntungan dan kerugian di luar kegiatan operasi/ pos-pos luar biasa) tidak diperkenankan lagi.
7.         Terdapat ketentuan tentang pos-pos minimum yang harus diungkapkan.
8.         Harus disajikan informasi tentang laba-rugi dan laba rugi-komprehensif yang teribusikan ke pemegang saham induk data yang teribusikan ke pemegang saham non-pengendali. Ini khusus bagi statmen laba rugi komprehensif perusahaan kelompok (group).

Untuk Chapter 5 Statement of Financial Position and Statement of Cash Flows, dalam hal ini terdapat beberapa perubahan antara lain:
v    Statemen posisi keuangan (SPK):
a.         Istilah balance sheet (neraca) diganti dengan istilah statement of financial position (laporan posisi keuangan).
b.         Terdapat aturan minimum line items yang harus diungkapkan di SPK.
c.         Tidak seperti IAS No. 1 presentation of Financial position, PSAK No,1 tidak menyertakan biological assets sebagai anggota himpunan pos-pos minimum.
d.        Format dan urutan SPK tidak diatur.
e.         Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset tak lancar, liabilitas menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
f.          Jika likuiditas dianggap lebih relevan dan andal, perusahaan menjadikan aset dan liabilitas berdasar urutan likuiditasnya.
g.         Istilah estimated liabilities diganti dengan provision.
h.         Informasi tertentu wajib diungkapkan di lembar muka SPK, sedangkan informasi tertentu lainnya boleh diungkapkan di SPK, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
i.           Kepentingan non pengendali disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
j.           Terdapat amar untuk mengidentifikasi nama entitas pelapor, nama statemen, dan tanggal statemen.
k.         SPK harus menyatakan mata uang pelaporan dan angka pembulatan (ribuan atau jutaan, misalnya).
l.           Keharusan menyajikan informasi kuantitatif komparatif.
m.       Keharusan mengungkapkan kembali informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif laporan keuangan periode sebelumnya jika hal itu dapat menambah pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

v    Statemen aliran kas (SAK)
a.       Nama cash flow statement (laporan arus kas) diganti dengan statement of cash flow.
b.      Klasifikasi aliran kasnya: operasi, investasi, dan pendanaan.
c.       Aliran kas dari dan untuk operasi dapat disusun dengan metode langsung dan metedo tak langsung. FASB dan IASB menganjurkan metode langsung, tidak ada perbedaa.
d.      Arus kas dari bunga dan dividen baik yang dibayar maupun yang diterima, masing-masing diungkapkan secara terpisah. Arus kas tersebut dapat diklasifikasi sebagai operasi, investasi, dan pendanaan asalkan konsisten.
e.       Pembayaran pajak diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasi sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.
f.       Untuk metode tak langsung, starting point bisa menggunakan laba bersih ataupun laba sebelum pajak.
g.      Transaksi nonkas untuk investasi dan pendanaan tidak dilaporkan di laporan aliran kas, tetapi diungkapkan di bagian lain dalam laporan keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nining Ika Wahyuni dengan judul “Dampak Implementasi IFRS Terhadap Pendidikan Akuntansi Di Indonesia” menyebutkan ada beberapa hal dampak proses konvergensi PSAK dengan IFRS  terhadap pendidikan di antaranya adalah:
1.         Perubahan mind-stream dari rulebased kepada princple-based.
Adopsi IFRS secara penuh bukanlah hanya sekesar perpindahan pendekan akuntansi dari historical cost ke fair value, ini masalah yang lebuh mendasar dari adopsi IFRS adalah perubahan konsep, paradigma, atau pola pikir. Karena jika memang mengadopsi IFRS secara penuh berarti akan terjadi peralihan dari rule based ke principles based dalam sistem akuntansi.
2.         Banyak menggunakan profesional judgment.
Dengan diterapkannya IFRS, dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengubah pola pengajaran maupun pola pikir mahasiswa sehingga menghasilkan para akuntan yang sesuai dengan kebutuhan globa. Pendidikan akuntansi dulunya banyak menggunakan buku-buku ajar dari Amerika yang notabene berdasarkan rule based. Mahasiswa biasa diajarkan petunjuk pelaporan keuangan dan implementasi secara detail sehingga mengurangi ketidak pastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara mekanisme.
3.         Banyak menggunakan fair value accounting
Berbeda dengan FASB yang tidak mengakui fair value sebagai dasar untuk mengukur aset, fair value ditetapkan oleh international accounting standard board (IASB) sebagai dasar untuk mengkur aset. Namun seiring perkembangan zaman, ternyata penggunaan historical cost tidak lagi relevan karena kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan telah terhambat oleh tantangan yang serius. Dan banyak orang yang berpendapat dan yakin bahwa standard akuntansi yang menggunakan historical cost memainkan peranan penting sebagai penyebab kerusakan perekonomian, terutama lembaga simpan pinjam tahun 1890an dan masalah perbankan 1990an. Karena pada waktu itu banyak laporan keuangan yang tidak mengungkapkan kerugian segera pada saat terjadi. Sehingga terdapat kesepakatan bahwa standard akuntansi yang ada perlu diperbaiki. Oleh itu FASB dan IASB bekerja sama untuk berusaha mengharmonisasikan standar akuntansi masing-masing. Pertanyaan mengenai bagaimana aset seharusnya diakui di neraca merupakan salah satu isu penting yang harus dicari solusinya. Untuk itu baik IASB maupun FASB melakukan pengujian secara seksama terhadap fair value, tentanf arti dari fair value dan bagaimana seharusnya diaplikasikan.
4.         IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lainnya, misalnya lease menggunakan risk and reward concept, sedangkan service concession arrangement menggunakan controllability concept, dan pemutakhiran (updating) IFRS merupakan suatu keharusan.
5.         Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS
Salah satu masalah utama terkait dengan persiapan implementasi international financial reporting standard (IFRS) atau standar laporan keuangan internasional di lingkungan perguruan tinggi adalah belum adanya kurikulum baku dan terbatasnya buku-buku teks. Meskipun asopsi IFRS sudah alam dicanangkan, namun kurikulum dan buku-buku teks yang diajarkan di perguruan tinggi masih berkiblat ke Amerika Serikat. Buku teks yang terkait dengan IFRS masih sangat kurang atau hampir tidak ada. Untuk mengatasi hal ini IAI sudah berinisiatif kerja sama dengan australia untuk mencoba menyusun materi IFRS sebagai bahan pengajaran di kelas.
6.         Peluang Riset.
Pengadopsian International Reporting standard (IFRS) juga akan membawa dampak pada riset akuntansi. Berdasarkan review terhadap berbagai riset mengenai dampak pengadopsian IFRS, terdapat dua kelompok besar riset yang dapat dilakukan mengenai dampak pengadopsian IFRS, yaitu (1) dampak pengadopsian IFRS terhadap perilaku partisipan dalam proses pelaporan keuangan, dan (2) dampak pengadopsian IFRS terhadap kualitas pelaporan keuangan.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Choirul Hidayah dengan judul “Presepsi Mahasiswa S1 Akuntansi Terhadap Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS)” dengan memilih metode penelitian deskriptif, yaitu sebuah metode yang efektif untuk tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena hasil rekayasa. Populasi dan sampel dalam penelitian tersebut adalah mahasiswa S1 angkatan 2009 yang ada di fakultas ekonomi UNESA. Populasi dalam penelitian tersebut berjumlah 164 orang. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria responden untuk penelitian ini antara lain masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan akuntansi strata 1 di fakultas ekonomi Universitas Negeri Surabaya dan telah atau sedang menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan bagi Mahasiswa akuntansi stara 1. Penelitian tersebut melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan yang menyangkut fakta dan pendapat responden. Sedangkan kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan kuisioner tertutup, dimana responden diminta mejawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Kuisioner di dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan kategori penelitian sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Kuisioner yang disebar sejumlah 41 lembar, dan yang memuhi syarat untuk dijadikan sampel hanya berjumlah 31 lembar. Adanya kuisioner yang tidak memenuhi syarat karena ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban kuisioner ini.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian itersebut adalah analisis deskriptif persentase. Deskriptif persentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen. Berdasarkan uji persentanse yang dilakukan dalam penelitian tersebut terlihat bahwa sebenarnya mahasiswa merasa berat untuk menerima adanya konvergensi IFRS. Di dalam kuisioner ditunjukkan sebesar 67,74% dari mahasiswa menjawab setuju. Mahasiswa beranggap dengan adanya konvergensi IFRS mahasiswa dituntut untuk berpikir lebih keras tentang aturan-aturan akuntansi terbaru. Selain itu, mahasiswa berpendapat bahwa akuntansi keuangan yang berbasis IFRS tidak mudah untuk dipelajari. Hal ini dibuktikan dengan jumlah persentase sebesar 51,61%. Kesulitan mahasiswa untuk mempelajari IFRS dapat diperkuat dengan hasil uji pengetahuan tentang IFRS. Selain itu, dari hasil wawancara juga dapat diketahui pendapat mahasiswa bahwa IFRS itu tidak mudah untuk dipelajari. Salah satu contohnya ketika mereka kesulitan menghitung nilai revaluasi aset tetap tersebut. Di dalam proses konvergensi IFRS dijelaskan pula berbagai perbedaan karakteristik antara PSAK (degan US GAAP) dengan IFRS. Di dalam penelitian ini mahasiswa sebenarnya mengalami kesulitan dalam menerapkan standar keuangan terbaru. Hal ini dikarenakan sejak awal semester 1 mahasiswa sudah terbiasa dengan menggunakan standar akuntansi dengan karakteristik US GAAP. Meskipun menimbulkan berbagai karakteristik yang berbeda dengan PSAK (berbasis US GAAP), mahasiswa berharap dengan adanya konvergensi IFRS dapat mengenal dan memahami terlebih dahulu karakteristik dari IFRS. Karena dengan memahami karakteristik dari IFRS mahasiswa akan lebih mudah untuk mempelajri IFRS.
Sebaliknya mahasiswa sebenarnya senang ketika adanya konvergensi IFRS ini. Mahasiswa juga tertarik untuk mempelajari standar keuangan yang berbasis IFRS. Mahasiswa melihat bahwa dengan adanya standar keuangan yang berbasis IFRS, pengetahuan tentang standar keuangan yang berlaku di Indonesia mereka akan bertambah. Pengetahuan yang didapatkan dapat berupa informasi tentang standar keuangan yang berkembang di dunia usaha saat ini. Disisi lain, mahasiswa beranggapan bahwa peluang untuk bekerja di sebuah perusahaan sudah semakin kecil. Untuk dapat bersaing maka seseorang harus mempunyai pengetahuan yang lebih. Mahasiswa meyakini dengan mempelajari akuntansi keuangan yang berbasis IFRS akan lebih mudah diserap oleh perusahaan Go Public. Hal ini dikarenakan perusahaan Go public sudah mewajibkan untuk mengadopsi standar keuangan yang berbasis IFRS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, peneliti tersebut menemukan fakta yang mencengangkan. Mahasiswa mengalami kesulitan untuk membedakan pengertian dari adopsi dan konvergensi. Mahasiswa sering terbalik dalam memberikan penjelasan mengenai konvergensi dan adopsi IFRS. Konvergensi IFRS sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2008, namun berdasarkan fakta mahasiswa angkatan tahun 2009 baru mengenai IFRS di tahun 2012. Mahasiswa mengenal tentang konvergensi IFRS lebih tepatnya semenjak mengambil mata kuliah akuntansi internasional. Meskipun mahasiswa mempunyai ketertarikan terhadap standar keuangan berbasis IFRS namun tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa merasakan kesulitan jika dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan terkait dengan pengentahuan IFRS. Mahasiswa merasa bahwa kesulitan untuk memahami akuntansi keuangan berbasis IFRS dikarenakan sejak awal semester 1 (satu), akuntansi yang dipelajari masih berbasis US GAAP. Pada semester berikutnya juga belum mengenal tentang IFRS. Menurut mahasiswa proses penerapan konvergensi IFRS ini terlalu cepat, sehingga mereka merasa kesulitan karena harus mempelajari semua standar keuangan terbaru dari awal lagi. Sebenarnya mereka masih belum memahami PSAK yang berbasis GAAP, apalagi jika PSAK itu harus berubah karena proses kinvergensi ini. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan mahasiswa tentang IFRS masih tergolong rendah.

                       



 
Daftar Pustaka
Aprilicia, Vergiana, 2014, ‘Road Map International Financial Reporting Standard (IFRS) dan Implementasinya di Indonesia’, Jurnal JIBEKA, vol 8, No. 1.
Carolina, Verani, ‘Harmonisasi Implementasi International Financial Reporting Standards terhadap Sistem Hukum di Indonesia’, Prosiding Seminar Nasional “Problematika Hukum dalam Implementasi Bisnis dan Investasi (Perspektif Multidispliner), Universitas Kristen Maranatha.
Gamayuni, Rindu Rika 2009, ‘Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International Financial Reporting Standard’, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol 14, No. 2, hal 153-166.
Giri, Efraim Ferdinan, 2008,’Konvergensi Standar Akuntansi Dan Daampaknya Terhadap Pengembagan Kurikulum Akuntansi dan Proses Pembelajaran Akuntansi Di Perguruan Tinggi Indonesia’, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IV, No.2.
Handayani, Ratih, 2011, ‘Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) Terhadap Praktik Akuntansi Dan Dunia Pendidikan Di Indonesia’,Karya ilmiah tidak dipublikasikan, Universitas Al-Azhar Indonesia.
Herawati, Nyoman trisna, 2012, ‘ Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Akuntansi Pengantar Di Perguruan Tinggi’, Karya ilmiah tidak dipublikasikan, Universitas Pendidikan Ganesha.
Hidaya, Siti Choiru, ‘Presepsi Mahasiswa S1 Akuntansi Terhadap konvergensi Internasional Financial Reporting Standards (IFRS), Karya ilmiah tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya.
Muchlis, Saiful, 2011, ‘Harmonisasi Standar Akuntansi International Dan Dampak Penerapan Dari Adopsi Penuh IFRS Terhadap PSAK’, Karya ilmiah tidak dipublikasikan, Universitas UIN Alauddin.
Nurani, Frida Kartika, 2011, ‘Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai International Financial Reporting Standards (IFRS)’, Karya Ilmiah tidak dipublikasikan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Oktavia, 2009, ‘Perkembangan Akuntansi Di Indonesia’, Jurnal Akuntansi, vol 9, No 1, hal 81-94.
Suyatmini, 2014, ‘Kajian Tentang Konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) Di Indonesia’, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, vol 24, No.1.
Wahyuni, Nining Ika, 2009, ‘Dampak Implementasi IFRS Terhadap Pendidikan Akuntansi Di Indonesia’, Jurnal Akuntansi Universitas Jember.
Wiyani, Natalia Titiek, 2009, ‘Standarisasi, Harmonisasi dan Konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standards and Practices)’,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar